Sabtu, 28 April 2012

makalah hukum solat qobliah jum'at IMRON


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin perevisi tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar penulis sendiri dan pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Solat Sunnah Qobliah jumat ”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh perevisi dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri perevisi maupun yang datang dari luar seperti halnya sulitnya mencari referensi dari buku atau dari sebagian dari kitab. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “solat sunnah qobliah jumat” yang kami sajikan Mengenai Hukum Dari Sunnah Qobliah Jum’at. Perivisi juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami yaitu Bpk Syamsul Hasan,M.hi,  yang telah membimbing perevisi untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan, Perevisi mohon ma’af sebesar-besarnya dan kami mohon untuk saran dan kritiknya. Sekali lagi kami berterima kasih kepada Bpk Syamsul Hasan,M.hi, sehingga kami berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan maklah ini.





                                                     17-04-2012


                                                   P E N U L I S  

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN                                                          0
Kata Pengantar ..................................................................................   i
Daftar Isi ...........................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
C. Rumusan Masalah .............................................................. 1
E. Tujuan Penulisan ................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Shalat Sunnah Rawatib ............................. 4
B.     Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib ............................ 5
C.    Hukum Solat Qobliyah ............................................... 6
D.    Membandinkan Keutama’an Solat Sunnah TahyatalMasjid Dengan Qobliah Jum’at ....................   9
BAB III PENUTUP 
A. Kesimpulan ................................................................. 10
B. Saran-Saran ................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai umat muslim yang mukmin, kita diajarkan untuk mengenal 3 hal yaitu 5 RukunIslam, 6 Rukun Iman, dan 1 Rukun Ihsan, dimana dalam salah satu poin Rukun Islam berbunyi untuk kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk selalu menunaikan ibadah sholat. Ibadah sholat dalam Islam hukumnya adalah wajib, artinya apa bila kita tinggalkan ibadah tersebut maka kita akan medapatkan dosa, sedangakan jika kita melaksanakan Ibadah Sholat tersebut kita akan mendapatkan Pahala.
Islam melarang kita untuk tidak meninggalkan sholat walaupun karena alasan apapun, dalam keadaan sakit pun kita harus melasanakan ibadah sholat dengan berbagai keringanan yang diberikan.Tentu dalam sholat ada yang namanya sholat wajib dan sholat sunnah, Sholat Sunnah adalah sholat yang apa bila kita tinggalkan tidak apa-apa namun apa bila kita kerjakan maka akan mendapatkan pahala yang sesuai dengan jenis-jenis sholatnya, dalam islam banyak  jenis-jenis sholat sunnah, namun disini kami hanya akan memaparkan beberapa bagian kecil dari sholat-sholat Sunnah, yaitu Sholat Sunnah Qobliah Jumat.
Kami berharap dalam makalah yang akan kami paparkan ini, bisa menjadi referensi pengetahuan tambahan dalam wawasan tentang Ibadah Sholat Sunnah, dan bisa dijadikan perbandingan dengan literatur-literatur perkuliahan yang lain.
B.     Diskripsi Masalah
Di dalam kebiasaan kita, dikala mengerjakan solat jum’at sebelumnya kita mengerakan Sholat tahyatal masjid dan di teruskan mengerjakan Sholat qobiah jum’at, Padahal sepengetahu kami bahwa sholat sunnat yang di kerjakan sebelum atau sesudahnya solat fardhu (Sholat Sunnah Rawatib) tidak menjelaskan tentang sholat qobliah jum’at ataupun ba’adiah jum’at.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apa Yang Di Maksud Solat Sunnah Rawatib?
2.      Apa saja keutama’an sholat rawatib tersebut?
3.      Bolehkah kita mengerjakan solat sunnah qobliah juam’at dan ba’diah jum’at adakah dalil yang mensunnah-kannya?
4.      Lebih utama sholat sunnah manakah yang perlu kita kerjakan antara tahyatal masjid dengan qobliah jum’at dikala hotbah hampir selesai ?
D.    Tujuan Penulisan
Agar Penulis beserta pembaca dapat Mengetahui Tentang Hukum Solat Qobliah Jum’at, dan dapat mengetahui beberapa argumen tentang yang mensunnahkanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Sunnah Rawatib
Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu lima waktu, yaitu dikerjakan sebelum atau sesudahnya. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut shalat qabliyah, dan shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah shalat fardhu disebut ba’diyah.[1]
Termasuk Shalat Sunnah Rawatib diantaranya :
a.       2 raka’at sebelum Shubuh
b.      4 raka’at atau 2 raka’at sebelum Dhuhur dan 4 raka’at atau 2 raka’at sesudah Dhuhur
c.       4 raka’at atau 2 raka’at sebelum Ashar
d.      2 raka’at sebelum Magrib dan 2 raka’at sesudah Magrib
e.       2 raka’at sebelum Isya’ dan 2 raka’at sesudah Isya’
Dari 22 raka’at rawatib tersebut terdapat 10 raka’at yang sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rosulullah SAW). Berlandaskan hadist sebagai berikut,
Dari Ibnu Umar bahwa Rosulullah SAW senantiasa menjaga(melakukan) 10 raka’at(rawatib) yaitu 2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya,2 raka’at sesudah magrib di rumah beliau,2 raka’at sesudah Isya’ di rumah beliau SAW,dan 2 raka’at sebelum Shubuh (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Adapun 12 rakaat yang lain termasuk sunnah ghairu muakkad, berdasarkan hadist sebagai berikut:
a.       Dari Ummu Habibah, bahwa Rosulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa senantiasa melakukan shalat 4 raka’at sebelum Dhuhur dan 4 raka’at sesudahnya maka Allah mengharamkan baginya api neraka”(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
b.      Nabi SAW bersabda,
“Allah mengasihi orang yang melakukakn shalat emapat raka’at sebelum shalat Ashar (HR Imam Ahmad,Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Huzaimah)
Shalat sunnah sebelum shalat Ashar boleh juga dilakukan dua raka’at berdasarkan sabda Nabi SAW,
“Di antara dua adzan(adzan dan iqamah) terdapat shalat”(HR Imam Bazzar).
Nabi SAW bersabda,
“Shalatlah kalian sebelum (shalat) Magrib,dua raka’at” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Sahabat Nabi SAW Sayyidina Anas RA berkata,
“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka’at setelah terbenamnya matahari sebelum shalat Magrib”(HR Imam Bukhari dan Muslim)
B. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib[2]
Berdasarkan hadits dari Ummu Habibah, Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anhuma Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu hari satu malam akan dibangunkan baginya rumah di surga.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim]
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al_Qaththani mengatakan bahwa pengertian hadits ini dijelaskan di dalam kitab Sunan At_Tirmidzi dari hadits Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menceritakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu hari satu malam akan dibangunkan baginya rumah di surga; 4 rakaat sebelum zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2 rakaar sesudah maghrib; 2 rakaat sesudah isya’; dan 2 rakaat sebelum shubuh.” [Hadits hasan shahih, diriwayatkan oleh At_Tirmidzi dalam kitab Ash_Shalah, hadits no. 415]
Selain itu, diriwayatkan dengan shahih hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menceritakan, “Aku hapal 10 rakaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu 2 rakaat sebelum zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2 rakaat sesudah maghrib di rumah beliau; 2 rakaat sesudah isya’ juga di rumah beliau; dan 2 rakaat sebelum shalat shubuh.” Dalam riwayatlain, “Dan 2 rakaat sesudah shalat Jum’at di rumah beliau.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Dengan demikian, jumlah shalat sunnah rawatib (yang ditekankan) ada 12 rakaat sebagaimana dijelaskan oleh Ummu Habibah atau 10 rakaat berdasarkan riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Sehingga dapat diindikasikan bahwa terkadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan 12 rakaat sebagaimana hadits dari Ummu Habibah dan Aisyah, dan terkadang mengerjakannya 10 rakaat sebagaimana hadits Ibnu Umar di atas.
Bila seorang muslim sedang bersemangat, maka bisa mengerjakannya 12 rakaar. Tetapi bila ia ada kesibukkan, maka ia bisa mengerjakan 10 rakaat saja. Kesemuanya itu adalah rawatib, maka untuk lebih lengkap dan sempurna, maka hendaklah ia shalat sebagaimana dalam hadits Ummu Habibah dan Aisyah.
C. Sholat Sunah Qobliyah dan Ba’ diyah Jum’at[3]
Para ulama sepakat bahwa sholat sunah yang di lakukan Sebelum sholat Jum’at adalah sunnah dan termasuk rawatib ba’diyah Jum’at. Seperti yang di riwayatkan oleh Imam muslim dan Imam Bukhori. Sedangkan sholat sunah sebelum sholat Jum’at terdapat dua kemungkinan:
1.      Sholat sunnah mutlaq, hukumnya sunnah. Waktu pelaksanannya berakhir pada saat imam memulai khutbah.
2.      Sholat sunnah Qobliyah Jum’at. Para ulama berbeda pendapat seputar masalah ini, yaitu sbb. :
a.       Dianjurkan melaksanakannya. Pendapat ini di kemukakan oleh Imam abu Hanifah, pengikut Imam Syafi’i (menurut pendapat yang dalilnya lebih jelas) dan pendapat Pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang tidak masyhur.
b.      Tidak di anjurkan untuk melaksanakannya.yaitu pendapat imam Malik, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang masyhur. Dalil yang menyatakan dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum’at:
1.      Hadist Rosul yang artinya. “Semua sholat fardlu itu pasti diikuti oleh sholat sunnat qobliyah dua rakaat”. (HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shohih dari hadist Abdullah Bin Zubair). Hadist ini secara umum menerangkan adanya sholat sunnat qobliyah tanpa terkecuali sholat Jum’at.
2.      Hadist Rosul yang artinya “Di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat,diantara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat, di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat bagi yang ingin melakukannya”(HR.Bukhori dan Muslim dari riwayat Abdullah Ibnu Mughoffal).
3.      Perbuatan Nabi yang disaksikan oleh Ali Bin Abi Tholib yang berkata “Nabi telah melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dan setelah sholat jumu’at dengan salam di akhir rakaat ke empat” (HR.Thabrani dalam kitab Al-Ausath dari riwayat Imam Ali Bin Abi Tholib).Tetapi dalam dalam kitab yang sama lewat riwayat Abi Hurairoh berkata: ”Nabi telah melakukan sholat sunnat dua rakaat qobliyah dan ba’diyah Jum’at” Dalil yang menerangkan tidak dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum’at adalah sebagai berikut. :
Hadist dari Saib Bin Yazid: “Pada awalnya, adzan Jum’at dilakukan pada saat imam berada di atas mimbar yaitu pada masa Nabi, Abu bakar dan Umar, tetapi setelah zaman Ustman dan manusia semakin banyak maka Sahabat Ustman menambah adzan menjadi tiga kali (memasukkan iqomat), menurut riwayat Imam Bukhori menambah adzan menjadi dua kali (tanpa memasukkan iqomat). (H.R. riwayat Jama’ah kecuali Imam Muslim).
Dengan hadist di atas Ibnu al-Qoyyim berpendapat . Ketika Nabi keluar dari rumahnya langsung naik mimbar kemudian Bilal mengumandangkan adzan. Setelah adzan selesai Nabi langsung berkhotbah tanpa adanya pemisah antara adzan dan khotbah, lantas kapan mereka itu melaksanakan sholat sunnat qobliyah Jum’at?
Catatan :
Permasalahan ini adalah khilafiyah furu’iyyah. (perbedaan dalam cabang hukum agama) maka tidak boleh fanatik di antara dua pendapat di atas. Dalam kaidah fiqh mengatakan la yunkaru al-mukhtalaf fih wa innama yunkaru al- mujma’ alaih.(Seseorang boleh mengikuti salah satu pendapat yang diperselisihkan ulama dan kita tidak boleh mencegahnya untuk melakukan hal itu, kecuali permasalahan yang telah disepakati ulama.) Perlu di ingat pula.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,  Amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka sungguh orang itu akan bahagia dan berhasil, tetapi bila shalatnya rusak, maka dia akan menyesal dan merugi. Jika sekiranya ada kekurangan dalam shalat fardhunya, Allah SWT akan berfirman kepada malaikat, “Carilah dalam catatan, mungkin hambaku suka mengerjakan shalat sunah, maka kekurangan dalam shalat fardhunya akan disempurnakan dengan shalat sunahnya". Kemudian seluruh amal-amal yang lainnya akan dihisab seperti itu juga". (HR Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Qurath berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Yang pertama kali akan dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, dan jika shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amalnya yang lain" (HR Thabrani).
D. Membandinkan Keutama’an Solat Sunnah Tahyatal Masjid Dengan Qobliah Jum’at
Jika bisa digabungkan (bisa mengerjakan) antara sholat tahyatal masjid dengan qobliah jum’at maka kita tidak perlu dipertentangkan. Kita bisa shalat dua rakaat dengan niat shalat sunnah qabliyah sekaligus tahiyatul masjid, karena para ulama menggolongkan shalat tahiyatul masjid sebagai shalat sunnah mutlak, sehingga untuk mengerjakannya, seseorang tidak harus berniat shalat khusus.[4] Hal ini berdasarkan hadis tentang shalat tahiyatul masjid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فإذا دخل أحدكم المسجد فلا يجلس حتى يركع ركعتين
Jika seseorang di antara kalian masuk masjid maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR. Muslim)
Di hadis ini tidak disebutkan jenis shalat tertentu. Yang penting, ketika seseorang masuk masjid, hendaknya dia tidak duduk terlebih dahulu sampai dia shalat dua rakaat, apapun bentuk shalatnya, baik shalat qabliyah atau bahkan shalat wajib sekalipun.
Ringkasnya, kita bisa melaksanakan shalat dua rakaat, dengan niat shalat sunnah qabliyah sekaligus sebagai shalat sunnah tahiyatul masjid.
*      Ada pendapat lain tentang keutama’an mengerjakan solat sunnah, di antara Tahyatal masjid Dengan Qobliah Jum’at
Di dalam kitab Al Majmu’,[5]
Disini menerangkan bahwa apabila kita tidak kuasa/ tidak mampu untuk mengerjakan solat sunnah tahityatal masjid dan qobliahnya, dengan alasan kita terlambat atau pembacaan khotbah hampir selesai, maka kita di anjurkan untuk solat sunnah tahyatal masjid saja, karna jika kita melaksanakan solat sunnah tahyatal masjid maka solat sunnah qobliah jumat kita sudah terpenuhi, dalam artian kita sudah tidak dituntut untuk mengerjakan solat qobliahjum’at (hanya dicukupkan solat sunnah tahyatal masjid saja). dan jika kita mengerjakan solat sunnah qobliah saja, maka solat sunnah tahyatal masjid itu masih di anjurkan , dalam artian masih dituntut untuk mengerjakan solat tahyatal masjid.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu lima waktu, yaitu dikerjakan sebelum atau sesudahnya. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut shalat qabliyah, dan shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah shalat fardhu disebut ba’diyah.[6]
Termasuk Shalat Sunnah Rawatib diantaranya :
a.       2 raka’at sebelum Shubuh
b.      4 raka’at atau 2 raka’at sebelum Dhuhur dan 4 raka’at atau 2 raka’at sesudah Dhuhur
c.       4 raka’at atau 2 raka’at sebelum Ashar
d.      2 raka’at sebelum Magrib dan 2 raka’at sesudah Magrib
e.       2 raka’at sebelum Isya’ dan 2 raka’at sesudah Isya’
Para ulama sepakat bahwa sholat sunah yang di lakukan Sebelum sholat Jum’at adalah sunnah dan termasuk rawatib ba’diyah Jum’at. Seperti yang di riwayatkan oleh Imam muslim dan Imam Bukhori. Sedangkan sholat sunah sebelum sholat Jum’at terdapat dua kemungkinan:
1.      Sholat sunnah mutlaq, hukumnya sunnah. Waktu pelaksanannya berakhir pada saat imam memulai khutbah.
2.      Sholat sunnah Qobliyah Jum’at. Para ulama berbeda pendapat seputar masalah ini, yaitu sbb. :
a)      Dianjurkan melaksanakannya. Pendapat ini di kemukakan oleh Imam abu Hanifah, pengikut Imam Syafi’i (menurut pendapat yang dalilnya lebih jelas) dan pendapat Pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang tidak masyhur.
b)      Tidak di anjurkan untuk melaksanakannya.yaitu pendapat imam Malik, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang masyhur. Dalil yang menyatakan dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum’at:
a.       Hadist Rosul yang artinya. “Semua sholat fardlu itu pasti diikuti oleh sholat sunnat qobliyah dua rakaat”. (HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shohih dari hadist Abdullah Bin Zubair). Hadist ini secara umum menerangkan adanya sholat sunnat qobliyah tanpa terkecuali sholat Jum’at.
b.      Hadist Rosul yang artinya “Di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat,diantara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat, di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat bagi yang ingin melakukannya” (HR.Bukhori dan Muslim dari riwayat Abdullah Ibnu Mughoffal).
Perbuatan Nabi yang disaksikan oleh Ali Bin Abi Tholib yang berkata “Nabi telah melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dan setelah sholat jumu’at dengan salam di akhir rakaat ke empat” (HR.Thabrani dalam kitab Al-Ausath dari riwayat Imam Ali Bin Abi Tholib).Tetapi dalam dalam kitab yang sama lewat riwayat Abi Hurairoh berkata: ”Nabi telah melakukan sholat sunnat dua rakaat qobliyah dan ba’diyah Jum’at”
B.     Saran-Saran
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan. Demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

DAFATAR ISI

o   Maqasid Al-Mukallafin, hlm. 212, karya Umar Al-Asyqar
o   Dalam kitab al-majmu’, juz 4, hal; 9
o   Sunan Ibn Majah
o   Nailul autar
o   Al-Majmu’ Syarah Muhazzab
o   http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/
o   http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/
o   http://www.kabarislam.com/shalat/bolehkah-sholat-sunah-qobliyah-dan-ba-diyah-jum-at
o   http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/




[1] http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/
[2] http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/
[3] http://www.kabarislam.com/shalat/bolehkah-sholat-sunah-qobliyah-dan-ba-diyah-jum-at
[4] Maqasid Al-Mukallafin, hlm. 212, karya Umar Al-Asyqar
[5] Dalam kitab al-majmu’, juz 4, hal; 9
[6] http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/

1 komentar:

  1. Permisi Numpang Promo
    Refiza Souvenir menyediakan berbagai macam souvenir tasbih, souvenir Buku Yasin, souvenir Buku Doa Menjelang Pernikahan, souvenir Buku Tasyakuran, Souvenir Buku Aqiqah, souvenir Buku 4 Bulanan, souvenir Buku Surah Al-Kahfi. cek katalog kita di www.refiza.com

    BalasHapus